Friday, February 17, 2006

Resensi: CINTA PERTAMA

Cinta Pertama, setiap orang kemungkinan besar mengalaminya dan tak sedikit yang selalu mengingatnya.

Setelah lima belas tahun tidak menerima kabar, Jeamy menerima berita terbaru soal teman masa kecilnya, Nina. Kabar itu ia peroleh dari sang ibu dan kemudian dipertegas dengan kartu undangan pernikahan dari Nina yang mengundang Jeamy untuk datang ke hari pernikahannya.

Nina adalah teman baik sekaligus tetangga terdekat Jeamy. Sejak bayi, mereka telah "ditakdirkan" untuk bersahabat. Saat Jeamy dimusuhi dan dilecehkan teman-teman prianya pada masa sekolah dasar, Nina selalu ada di dekatnya. Hal ini semakin membuat Jeamy suka melakukan permainan khas anak-anak perempuan dengan Nina. Mulai dari main karet hingga masak-masakan.

Tatkala hubungan Jeamy dengan teman-teman prianya berangsur membaik, seiring itu pula, pertemanannya dengan Nina mulai memburuk. Klimaknya, satu hari, Jeamy harus membuktikan kepada teman-teman prianya bahwa ia betul-betul pria dan mau menempuh resiko untuk menyakiti Nina dengan menggunting karet permainan Nina saat Nina dan teman-temannya menikmati permainan tersebut.

Tak lama setelah peristiwa tersebut, Nina dan keluarga pindah rumah dan pergi meninggalkan Jeamy. Sejak itu pula, Jeamy tak lagi mendengar kabar Nina sekaligus tak sempat minta maaf pada Nina atas perbuatan yang pernah menyakiti hati Nina.

Dari paparan diatas, tersimak bahwa alur cerita memang sangat sederhana. Namun, kesederhanaan ini mampu diolah dan dikemas oleh enam orang sutradara muda Thailand yang terdiri dari Komrit T, Songyos S, Nithiwat T, vijja K, Vithaya T, dan Adisorn T dengan lumayan apik. Misalnya, dengan mengeksplorasi konflik Jeamy dan Nina sealami mungkin alias tak mengada-ada dan menebarkan konflik tersebut pada para karakter pendukung seperti geng teman bermain Jeamy.

Para sutradara ini pun mampu menjaga keingintahuan penonton hingga kisah berakhir. Caranya, dengan menyimpan informasi atu memunculkan pertanyaan, akankah Jeamy datang ke pesta pernikahan Nina atau bagaimana akhir hubungan Jeamy dan Nina dan ini dijawab saat kisah berakhir.

Akting pemain cilik, khususnya Focus Jeerakul sebagai Nina pun tersimak natural dan juga beberapa pemain pendukung seperti Chaleumpol Tikumporteerawong sebagai Jack. Artinya, proses pemilihan bintang-bintang ini sebagai pemain terlihat pas.

Saat diputar di Indonesia, film ini telah disulihbahasakan sehingga karakternya bisa terasa lebih Indonesia. Dengan Rizal Mantovani sebagai sutradara dan dubbing director Ferry Fadly. Sepanjang cerita secara keseluruhan dialog dan karakter yang telah di-Indonesia-kan cukup berhasil dan lebih baik ketimbang kebanyakan film-film yang disulihbahasakan di televisi. Namun, dalam penempatan lagu, beberapa kali terlihat dipaksakan. Misalnya, saat adegan ibu Jaemy menonton acara televisi dimana sang penyanyi membawakan lagu "berdiri Bulu Romaku" yang dinyaikan Hety Koes Endang atau pemilihan lagu "Kau Tercipta Bukan Untukku" yang dinyanyikan Betharia Sonata pada saat Jeamy merasa "patah hati". Mungkin untuk adegan ini lebih pas lagu dengan warna "patah hati" tapi yang dinyanyikan penyanyi pria mengingat yang divisualisasikan adalah karakter pria.

Terlepas dari itu, film ini sangat menghibur. Walaupun ditujukan untuk penonton remaja, dominasi cerita yang menampilkan masa kecil bisa pula dikonsumsi anak-anak, dan bagi penonton yang lahir di era 70-an kebawah bisa kembali bernostalgia lewat kehadiran lagu-lagu yang pernah ngetop pada era 80-an. Rada Jadul seh, tapi asyik kok! (AGUS)

Narator : Tika, Michael, Nina
Sutradara : Rizal Mantovani
Produksi : Fiestafilms
Kategori : Drama
Komentar :


0 Comments:

Post a Comment

<< Home